Rabu, 22 April 2009

Ledakan Gas Tewaskan 74 Orang

Gujiao, Minggu - Sebuah ledakan gas terjadi di tambang batu bara di China utara, Minggu (22/2), menewaskan 74 orang petambang dan puluhan lainnya terperangkap di bawah tanah. Ini merupakan kecelakaan tambang batu bara terburuk negara itu dalam 14 bulan.

Ledakan sebelum fajar itu terjadi ketika 436 pekerja berada di Tambang Batu Bara Tunlan di Kota Gujiao dekat Taiyuan, ibu kota Provinsi Shanxi.

Sejumlah 74 pekerja tewas menurut AFP, sedangkan AP menyebut sedikitnya 73 tewas. Sejumlah korban tewas setelah dilakukan upaya penyelamatan. Penyebab ledakan masih disidik.

Kantor berita China, Xinhua, memberitakan, 113 pekerja dirawat di rumah sakit, termasuk 21 orang dalam kondisi kritis. Tidak disebutkan berapa banyak pekerja yang masih terperangkap di bawah tanah. Laporan-laporan terdahulu menyebutkan sedikitnya 65 orang masih terperangkap.

Menelepon keluarga

Sebagian petambang yang terperangkap menelepon keluarga mereka dengan telepon seluler dari bawah tanah. Jumlah korban tewas membuat kecelakaan ini merupakan yang paling banyak menelan korban. Pada Desember 2007, sekitar 105 orang tewas dalam sebuah ledakan di sebuah pertambangan, juga di Shanxi.

Presiden Hu Jintao dan PM Wen Jiabao mengeluarkan instruksi untuk melakukan segala hal yang mungkin dilakukan untuk menyelamatkan mereka yang masih terperangkap di dalam tambang.

Seorang yang selamat, Xue Huancheng, 27 tahun, mengatakan, dia dan rekan-rekan kerjanya pada mulanya tidak menyadari kecelakaan itu sebagai satu hal yang serius. Mereka juga tidak diperintahkan meninggalkan lokasi sampai lebih dari satu jam ledakan terjadi.

”Pada saat itu aliran listrik ke bawah tanah sudah putus dan kami harus berjalan,” katanya dari ranjang rumah sakit. Dia menambahkan, ia baru bisa mencapai permukaan tanah setelah 50 menit dan sempat pingsan karena kekurangan oksigen.

Para pekerja yang cedera menderita keracunan karbon monoksida, sebagaimana dikutip Xinhua dengan mengutip para dokter di rumah sakit. Paparan karbon monoksida, gas yang tak berbau dan tak berwarna itu, bisa menyebabkan kematian.

Perusahaan tambang itu dioperasikan oleh Shanxi Jiaomei Group. Tambang Tunlan memiliki fasilitas terbaik di China dan tidak menghadapi kecelakaan besar apa pun dalam lima tahun terakhir. Usaha tambang itu menghasilkan 5 juta ton batu bara setahun.

Menurut media pemerintah, lebih dari 1.000 tambang kecil yang berbahaya telah ditutup tahun lalu. Namun, industri pertambangan negara itu tetap merupakan yang paling berbahaya di dunia. Sekitar 3.200 orang tewas dalam kecelakaan di pertambangan batu bara China pada tahun 2008.

Kelompok-kelompok buruh independen sudah sering mengatakan bahwa korban jiwa di sektor pertambangan China jauh lebih tinggi dari yang dinyatakan pemerintah. Para majikan perusahaan tambang lokal dan pemimpin daerah menutup-nutupi kecelakaan untuk menghindari denda dan ditutupnya usaha tambang. Angka korban versi pemerintah juga memperlihatkan hampir 80 persen dari 1.600 tambang negara itu adalah ilegal.

Pemerintah telah bertahun-tahun menjanjikan untuk memperbaiki keselamatan usaha pertambangan. China yang haus energi tergantung dari batu bara untuk pasokan energi. (AP/AFP/DI)

Gas Methan: Gampang meledak

Metan adalah gas yang lebih ringan dari udara, tak berwarna, tak berbau, dan tak beracun.

Metan terdapat di semua lapisan batubara, terbentuk bersamaan dengan pembentukan batubara itu sendiri. Di tambang batubara bawah tanah, udara yang mengandung 5-15% metan dan sekurangnya 12.1% oksigen akan meledak jika terkena percikan api.

Jumlah metan dalam suatu lapisan amat bervariasi. Konsentrasi metan akan meningkat seiring peningkatan kualitas batubara dan kedalaman cadangan. Metan terkandung dalam lapisan pori batubara dan terkompresi disana. Saat lapisan tersebut ditambang, metan yang bersemayam di pori lantas terlepas.

Sebanyak 70-80% kadar metan justru bukan berasal dari lapisan yang sedang ditambang. Sebagian besar metan berasal dari lapisan sekelilingnya (atas/bawah, kiri/kanan) yang belum ditambang.

Pengukuran Metan

Pengukuran Metan

Ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara metan di pori-pori batubara (tekanan tinggi) dengan tekanan udara terowongan (lebih rendah). Gas bertekanan tinggi akan selalu mencari udara dengan tekanan lebih rendah.

Di awal perkembangan tambang batubara, sirkulasi udara yang tidak cukup, kegagalan deteksi atas keberadaan metan, penggunaan api, merokok, atau penggunaan bahan peledak (black powder) yang tidak tepat, menjadi penyebab utama ledakan di tambang batubara bawah tanah.

Cara yang paling umum digunakan untuk mengurangi kadar metan adalah dengan merancang suatu sistem sirkulasi udara (ventilasi) yang baik. Udara yang cukup dan sirkulasi yang lancar diharapkan mampu mengurangi kadar gas berbahaya ini.

Hanya saja, terkadang ventilasi saja tidak mencukupi. Ada kalanya jumlah udara yang melimpah tetap tidak mampu mengurangi kadar metan. Jika ini yang terjadi, pengurangan kandungan metan mesti dilakukan sebelum penambangan itu sendiri dimulai.[]

Gas Methan

Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah

MARABAHAN–MIOL: Lokasi semburan lumpur bercampur gas di desa Kolam Kanan, Barambai, Barito Kuala, Kalimantan Selatan dinyatakan sebagai kawasan berbahaya. Pasalnya di lokasi semburan ditemukan gas dan zat yang berbahaya bagi manusia.

Hasil penelitian dan pengukuran kandungan gas dan bahan kimia berbahaya Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Selatan bersama tim geologi tambang underground PT Arutmin Indonesia, Senin (27/11) menunjukkan gas yang dikeluarkan dari semburan lumpur tersebut mengandung zat methan (CH4) sebesar 26,6%.

“Kandungan gas methan dan sejumlah unsur kimia lain yang muncul di lokasi semburan, sangat tinggi dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3),” kata Wakil Kepala Dinas Pertambangan dan ESDM Kalsel, Heryo Dharma.

Kandungan gas methan ini jauh melebihi ambang batas dua sampai lima persen di udara. Sebagai contoh dikemukakan Heryo, di lokasi tambang apabila terdapat gas methan melebihi dua persen maka kegiatan tambang akan dihentikan karena dapat memicu terjadinya ledakan.

Selain gas methan, unsur kimia berbahaya lain yang terdeteksi melalui alat detector gas antara lain karbon monoksida (CO) 10 ppm dan nitrogen oksida (NO) 12,169%. Walau belum melampaui ambang batas, namun adanya kandungan nitrit dan karbon tersebut yang keluar dari semburan lumpur, disimpulkan daerah sekitar lokasi semburan merupakan kawasan berbahaya.

Sementara itu, hasil pengukuran Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Kalsel terhadap material lumpur diketahui lumpur yang keluar mengandung unsur besi (FE) mencapai 50 Mg/l, nNitrat (NO3) 67,6 Mg/l serta amoniak mencapai 21,78 Mg/l. Jumlah ini masuk kategori sangat tinggi dan berbahaya bagi kesehatan.

Dari hasil penelitian dan pengukuran ini, menurut Heryo Dharma selanjutnya akan dilaporkan ke pemerintah daerah dan Departemen ESDM di Jakarta untuk penanganan selanjutnya.